Bersama Unipdu, MAN 4 Jombang PP. Mamba’ul Ma’arif Gelar Seminar Nasional Moderasi Beragama

Jombang (MAN 4) – Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum (Unipdu) Jombang bersama dengan MAN 4 Jombang PP. Mamba’ul Ma’arif menggelar seminar nasional moderasi beragama pada Minggu, 05 Maret 2023.

Kepala MAN 4 Jombang, Moh. Ilyas dalam sambutannya mengatakan bahwa MAN 4 Jombang sebagai madrasah dalam naungan Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif sudah tidak asing terhadap moderasi beragama.

“Sebenarnya kalau kita di NU itu, istilah moderasi beragama memang baru. Tapi untuk pelaksanaan sehari-hari, amaliyah NU itu sudah moderasi. Alhamdulillah kita punya pilar yang wajib kita teladani dalam beragama, kita mempunyai Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Bisri Syansuri, kita mempunyai Mbah Wahab Hasbulloh. Ini adalah orang-orang yang perlu kita teladani. Dan memang dari merekalah lahir istilah moderasi beragama ini.” ucapnya.

Seminar nasional ini mengambil tema ‘Implementasi dan Penguatan Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam di Era Society 5.0’. Bertempat di Gedung KH. Hasyim Asy’ari MAN 4 Jombang, seminar nasional  diikuti sebanyak 250 siswa. Bertindak sebagai pemateri, Dr. KH. Sholahuddin Fatawi, M.Pd.I, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama’ (PCNU) Lasem dan juga dosen IAIN Kudus. DPRD Jawa Timur sekaligus dzurriyah KH. Bisri Syansuri, H. Ahmad Athoillah, M. IP.,. Direktur Ma’had AL Jami’ah IAIN Kerinci, Dr. Riko Andrian, M.Pd., dan Dr. Dzikrul hakim, M.Pd.I, dosen pembimbing lapangan Unipdu, Jombang.

Dzikrul Hakim menyimpulkan bahwa moderasi beragama adalah sikap untuk hidup rukun antar sesama manusia. Saling menghormati, menjaga, dan toleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena adanya perbedaan.

“Dengan adanya moderasi beragama, sikap dan pandangan kita tidak berlebihan. Tidak ekstrim terhadap golongan diluar golongan kita. Bahwa kalau kita ngomong moderasi, maka kita tidak boleh radikal.” terangnya.

Moderasi beragama, lanjutnya, termasuk juga menguatkan kerukunan antar umat beragama dan umat seagama.

Sementara itu, Nasywa Agesta putri (X MIA 5) sebagai salah satu peserta seminar moderasi beragama mengungkapkan bahwa pemahaman mengenai moderasi beragama penting baginya, terutama untuk bekal setelah lulus dari madrasah.

“Menurut saya kegiatan ini penting untuk siswa agar kami dalam beragama Islam tidak terlalu fanatik dan tidak pula terlalu lentur. Jadi bisa berada di tengah-tengah. moderat .” ungkapnya.

Ia pun menjelaskan bahwa ketika di madrasah yang notabene berlatar belakang NU, ia merasa sudah sangat moderat. Akan tetapi ketika nanti menghadapi dunia perkuliahan dan menemukan hal-hal baru, bisa jadi akan timbul sikap yang berlawanan dengan moderasi beragama.

“Bisa jadi nanti ketika di dunia kampus, dan bertemu teman-teman lain yang berbeda, itu tu kita ikut-ikutan mereka. Maka untuk mencegah itu, pemahaman mengenai moderasi beragam itu sangat kami butuhkan.” tandasnya. (hiy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *